Resensi Buku Habis Gelap Terbitlah Terang Karya Armijn Pane



A. Identitas Buku
Pengarang                   : Armijn Pane
Tebal Halaman            : 267 halaman
Penerbit                       : PT Balai Pustaka (persero)
Tahun Terbit                : 2008
Cetakan                       : Kedua puluh empat

B. Tentang Pengarang
Armijn Pane adalah seoarang sastrawan angkatan Pujangga Baru. Beliau juga salah satu tokoh pendiri Majalah Pujangga Baru. Armijn lahir di Muara Sipongi 18 Agustus 1908 dan meninggal pada tahun 16 Februari 1970 di Jakarta. Armijn pernah menyenyam pendidikan di HIS dan ELS pada tahun(1923)  dan melanjutkan Kuliah di STOVIA Jakarta pada tahun(1927). Selain menjadi penulis, Armijn pernah menggeluti pekerjaan menjadi seorang wartawan di Surabaya, Guru Taman Siswa di Kediri dan menjadi Seketaris dan Direktur Pujangga Baru(1933-1936). Beberapa karya Armijn Pane yang sangat terkenal antara lain, Habis Gelap Terbitlah Terang, Belenggu dan masih banyak lagi. Belenggu merupakan karya sastra yang di terbitkan pada tahun(1940)banyak mengundang perdebatan dikalangan penulis di Indonesia. Dengan seluruh karyanya di bidang sastra Armijn Pane mendapat penghargaan Anugerah Seni dari pemerintahan RI tahun 1970. Hingga saat ini karyanya selalu terdengar di seluruh pecinta sastra Indonesia.

C. Sinopsis
Buku karya Armijn Pane yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang“ berisi tentang surat-surat yang Raden Ajeng Kartini kirim kepada sahabat-sahabatnya yang tinggal di Belanda. Dalam surat tersebut, Kartini menceritakan isi hatinya, citacita, dan harapannya untuk memajukan kaum wanita Indonesia agar tidak terbelenggu oleh adat. Disamping itu, buku tersebut juga berisi tentang perjalanan hidupnya untuk tanah air Indonesia. Penulis buku ini terinpirasi untuk memberi semangat kaum wanita melalui buku ini.

Raden Ajeng Kartini dilahirkan di Jepara pada tanggal 21 April 1879. Beliau merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yaitu Bupati Jepara pada saat itu dan cucu dari Bupati Demak Pangeran Ario Tjondronegoro. Semasa kecil Kartini, beliau selalu mengingat bahwa laki-laki itu serakah akan hak, cuma dirinya sendiri saja dipikiranya. Di masa kecilnya itu sudah pula diajari berlaku seolah-olah anak perempuan itu lebih rendah derajatnya dari laki-laki. Saat Kartini beranjak dewasa, ia memulai menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah muncul saat ia masih kecil dan menilai bahwa kaum perempuan pada masa itu hanyalah sebagai perhiasan kaum pria dan hanya sebagai pengurus rumah tangga saja. Dalam hati Kartini tidak bisa menerima keadaan itu meskipun beliau berasal dari keluarga bangsawan, namun ia tidak mempedulikan gelar bangsawan itu karena ia merasa penderitaan yang dirasakan oleh kaum perempuan. Dimata Kartini setiap manusia memiliki derajat yang sama, Ia sering berbaur dengan masyarakat bawah. Pada saat berbaur, Kartini selalu memberi semangat kepada kaum perempuan untuk berjuang dan meraih semua impian yang ingin di capai. Untuk itu Kartini mengecap pendidikan. Karena Kartini suka mencari ilmu dia meminta bapaknya untuk mencari ilmu meskipun di negeri lain, tetapi tidak pernah ditanggapi oleh bapaknya. Pada mulanya kawan-kawan kartini sering berkunjung, tetapi temanya sudah tiada karena sudah berangkat ke Belanda. Untuk menghilangkan rasa sepi itu ayah Kartini mengizinkan Kartini membaca buku-buku Belanda dan menerima surat kawanya yang di Belanda. Berkat surat- surat yang di tulis R.A. Kartini tersebut didirikanlah Sekolah Kartini pertama di Semarang dan saat itu usianya 25 tahun. Sekolah Kartini khusus untuk kalangan perempuan. Terlepas dari hal itu, jerih payahnya dan jatuh bangunnya dalam mengangkat derajat wanita yang tidak dengan mudah ia dapatkan serta butuh proses dan perjalanan yang panjang. Ketidak setujuan dari orang tuanya dalam memperjuangkan pendidikan kaum wanita adalah salah satu kendala terbesarnya. Ia juga di tuduh menyalahi adat istiadat yang berlaku. Namun, R.A. Kartini tidak pernah menyerah dan terus berjuang demi kemajuan wanita Indonesia. Pendiriannya yang kuat dan tidak mudah terpengaruh orang yang mengusiknya.


D. Unsur  Instrinstik
a. Tema :
Menceritakan sebuah perjuangan seorang wanita yang ingin merubah sejarah
b. Tokoh dan Penokohan :
1.      R.A Kartini  : baik,suka membaca dan suka member semangat.
“ Kita harus membuat sejarah, kita mesti menentukan masa depan kita tapi yang sesuai dengan keperluan kita sebagai wanita yang harus mendapat pendidikan yang cukup seperti kaum laki-laki”
2.      RM  Adipati Sastrodiningrat : baik,tegas dan penyanyang
“ Ayahnya mengijinkan Kartini membaca buku bahasa Belanda dan menerima surat  dari kawan-kawannya orang Eropa”
3.      Pangeran Ario Tjondronegoro : baik, suka akan kemajuan
“Beliau merupakan Bupati yang pertama mendidik anak-anaknya dengan pelajaran Barat “
4.      Sosrokartono : baik, sering mendengarkan cita-cita kartini dengan perhatian.
” saudaranya laki-lakinya Sosrokartono selalu mendengarkan cita-cita Kartini dengan rasa penuh perhatian”
5.       Mr.Abendanon : baik, suka memberi nasihat kepada kartini
“ Abendanon selalu memberi nasihat kepada Kartini supaya jangan menunggu balasan rekes, supaya terus mendirikan sekolah sendiri”
c. Latar :
Latar tempat: Di sekolah H.B.S
“Pada suatu ketika, di sekolah, di waktu berhenti, dilihatnya salah seorang temannya sedang saik belajar bahasa Prancis disekolah”
“Sedatangnya dirumah, ditanyankannya kepada bapaknya.
Latar suasana:
Sepi:
“remuk redam hatinya melihat adik-adiknya boleh pergi bersekolah, dengan bebas boleh pergi keluar.”
Sedih:
“setiba saudaranya itu diapun diapun dicemoohkan dan di caci pula.
Senang:
“Lain dari pada buku ada, bapak dan saudaranya, ada lagi satu hal yang memberi keriangan, ialah pekerjaan berkirim-kiriman surat.
Latar waktu:
Pagi hari: Kartini melihat adik-adiknya berangkat ke sekolah pagi itu.
d. Alur : Novel ini menggunakan alur Maju
e. Amanat : Jangan membedakan derajat kaum perempuan dengan kaum laki-laki khususnya dalam bidang pendidikan. Sebab dimata Tuhan yang maha esa semua manusia itu sama.
f. Sudut pandang : Sudut pandang orang ke tiga
g. Gaya bahasa : Novel ini menggunakan gaya bahasa Indonesia

E. Unsur Ekstrinstik
a. Kelemahan:
Kelemahan dari Novel Habis Gelap Terbitlah Terang yaitu, kata-katanya sulit untuk  dipahami secara luas oleh seluruh kalangan masyarakat sebab, kata-katanya terlampau sudah cukup kuno.
b. Keunggulan
Keunggulan dari Novel Habis Gelap Terbitlah Terang yaitu, berbeda dengan novel lainnya, novel ini memiliki kumpulan surat yang diterima maupun yang dikirim oleh R.A kartini semasa hidupnya.
c. Nilai-nilai
Nilai adat istiadat:
Dipingit(ditutup) adalah adat istiadat bagi masyarakat jawa pada masa itu yang dimana anak perempuan yang telah menyelesaikan pendidikan dasar disuruh untuk tetap dirumah dan jangan keluar rumah sampai ia dipinang oleh laki-laki yang tidak ia kenal.
Nilai moral:
Saudara laki-laki Kartini selalu mendengarkan sebarang kata yang diucapkan Kartini dengan penuh perhatian, tiada pernah mengucapkan kata yang membuat hati Kartini menjadi hancur.
Nilai agama:
Hukum Islam memperbolehkan laki-laki menaruh empat perempuan atu sering disebut poligami.
d. Kesimpulan :
Ada beberapa hal yang membuat Kartini menjadi perempuan yang menarik perhatian masyarakat Indonesia antaralain yaitu, pertama cita-citanya merupakan cita-cita seluruh masyarakat khususnya kaum hawa.Kedua, perjuangan jiwanya dan perjalanan rohaninya dapat menjadi inspirasi bagi kaum hawa.


http://library.uny.ac.id/
Habis Gelap Terbitlah Terang on UNY Library

Share this

Related Posts

Latest
Previous
Next Post »

Silakan Anda bertanya jika ada yang belum Anda mengerti
Gunakan bahasa yang baik dan sopan
Berkomentarlah sesuai artikel yang di bahas
Dilarang berkomentar sambil menggunakan link aktif
Berkomentar dengan link aktif akan di hapus